Articles

Highlight Article

Luncurkan Program Calistung dengan Metode Singaporean Math dan Inspired Montessory, PT Sahabat Alif Indonesia Ingin Anak Menguatkan Karakter Building Sebelum Mampu Baca, Tulis, Hitung.

Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) merupakan keterampilan dasar yang menjadi fondasi penting dalam proses pembelajaran anak. Calistung berperan besar dalam perkembangan kognitif, komunikasi, serta kemandirian anak. Jauzafara 2024 menuturkan, pendidikan calistung menjadi bagian integral dari perkembangan akademis anak dalam upaya mengurangi ketimpangan pendidikan. Namun, ada anggapan yang berkembang saat ini bahwa mengajarkan calistung pada anak usia dini berisiko menyebabkan stres akademik yang berlebihan, yang bisa membuat anak merasa enggan belajar di masa depan.

Oleh karena itu, penggunaan metode pembelajaran yang menyenangkan dan efektif sangat penting. Selain itu, orang tua juga perlu dapat mengidentifikasi tanda-tanda kesiapan anak untuk belajar calistung dengan cara yang maksimal. Sebelum memulai pembelajaran calistung, anak perlu dibekali dengan kemampuan fokus terlebih dahulu agar mereka siap untuk belajar dengan optimal.

Foto bersama saat Launching Hara Kira di Bintaro (28/02)

Berdasarkan pemikiran ini, PT Sahabat Alif Indonesia meluncurkan Harakira—sebuah terobosan dalam dunia pendidikan yang menekankan bukan hanya pada kemampuan membaca, namun mendalam agar paham dengan apa yang yang dibaca, serta penguatan karakter building. Program Kelas Privat Calistung Harakira menawarkan pembelajaran calistung secara offline, one-on-one dengan guru bersertifikat untuk anak usia 3-6 tahun. Harakira mengadaptasi metode pembelajaran yang terinspirasi oleh Montessori dan Singaporean Math.

Singaporean Math adalah teknik pengajaran matematika yang dikembangkan oleh Curriculum Development Institute of Singapore (CDIS) sejak tahun 1981. Metode ini fokus pada pemahaman mendalam terhadap konsep matematika dan visualisasi masalah menggunakan gambar model (model drawing). Melalui pendekatan CPA (Concrete-Pictorial-Abstract), anak-anak belajar dengan benda nyata, menggunakan gambar dan diagram, dan menyelesaikan masalah secara bertahap dengan simbol matematika.

“Harapan kami sangat besar terhadap perkembangan akademis anak. Untuk itu, pembelajaran yang menyenangkan menjadi fokus utama di kelas kami. Kami berharap program Harakira mampu menciptakan ruang belajar yang ramah, dimulai dengan melatih fokus anak dalam belajar baca, tulis, dan berhitung,” ungkap Manager Harakira, Ka Rofi.

Harakira akan segera hadir melalui acara peluncurannya yang akan dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Februari 2025, di AMS Signature Bintaro. Acara ini akan diisi dengan talkshow bersama Ms. Rukan (Mentari Group Trainers), yang akan membahas Singaporean Math dan Ms. Lita Pitasari (Principal Alif Montessori School Bintaro) yang akan membahas Teknik Membaca ala Montessori bersama. Selain itu, akan ada sesi Storytelling untuk anak bersama Kak Ramdhan, Storyteller Magic Terbaik Jakarta, yang akan semakin menyemarakkan acara.

For You Article

New Flashcard Harakira: Flashcard dengan Teknik Menulis di Atas Pasir

Aktivitas menulis di atas pasir dapat menjadi pengalaman yang menenangkan. Menggunakan tangan mereka untuk menggambar atau menulis di pasir bisa meredakan kecemasan dan membuat belajar terasa lebih santai.

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus

Menulis di atas pasir dengan jari membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halus mereka, yang sangat penting dalam proses menulis.

Menguatkan Memori Visual dan Auditori

Menggabungkan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan (menulis dengan jari di atas pasir) meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat huruf dan kata-kata.

Meningkatkan Keterlibatan Anak

Proses belajar yang melibatkan banyak indera ini membuat anak lebih tertarik dan terlibat dalam kegiatan belajar. Anak-anak akan merasa lebih senang saat belajar karena mereka terlibat langsung dalam proses tersebut.

Membantu Konsentrasi

Karena teknik ini melibatkan aktivitas fisik, anak-anak cenderung lebih fokus saat belajar, terutama jika mereka suka menggali pasir atau merasakan tekstur yang berbeda.

Mengurangi Stres

Aktivitas menulis di atas pasir dapat menjadi pengalaman yang menenangkan. Menggunakan tangan mereka untuk menggambar atau menulis di pasir bisa meredakan kecemasan dan membuat belajar terasa lebih santai.

Lebih Mudah! Belajar dengan Metode Phonics untuk Anak 3-6 Tahun

Membaca adalah keterampilan dasar yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Namun, kemampuan membaca bukanlah hal yang langsung muncul secara alami. Menurut Wolf (2017), otak manusia sebenarnya tidak didesain untuk membaca secara otomatis, tetapi melalui pelatihan dan pembelajaran yang terstruktur, keterampilan ini dapat dipelajari.

Salah satu metode yang terbukti efektif dalam mengajarkan membaca pada anak usia 3-6 tahun adalah metode phonics. Metode phonics mengajarkan anak untuk mengenali huruf-huruf dan bunyi yang berhubungan dengan huruf tersebut. Dengan pendekatan ini, anak belajar untuk memecah kata-kata menjadi bagian-bagian terkecil, yaitu suara huruf, dan menggabungkannya menjadi kata yang dapat dibaca.

Metode phonics memberi kesempatan bagi anak untuk memahami kata atau kalimat baru dengan melihat bentuk huruf dan mendengarkan bunyi secara langsung. Praktik yang konsisten akan membantu kemampuan membaca anak berkembang lebih cepat dan lebih baik. Keunggulan dari metode phonics adalah fleksibilitasnya. Pengajaran dapat disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan setiap anak, sehingga proses belajar menjadi lebih personal dan efektif.

Penelitian menunjukkan bahwa metode phonics dapat meningkatkan pemahaman membaca. Anak-anak yang belajar dengan phonics dan mampu mengenali bunyi serta bentuk huruf secara bersamaan, cenderung memiliki pemahaman membaca yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan metode ini (National Reading Panel, 2000).

Dengan penerapan yang tepat, metode phonics tidak hanya membuat anak lebih mudah belajar membaca, tetapi juga memberikan dasar yang kuat untuk keterampilan literasi mereka di masa depan.

Harakira memahami isu ini. Melalui riset dan diskusi dengan para pakar terkait, Buku “Membaca Bersama Harakira” mengikuti kaidah tersebut. Kami percaya setiap anak memiliki hal terhadap literasi yang baik.

Cara Montessori Membantu Anak Menjadi Pembelajar Seumur Hidup

Metode Montessori semakin dilirik para orang tua modern sebagai pendekatan pendidikan yang mempersiapkan anak menjadi pembelajar seumur hidup. Dibanding metode tradisional, Montessori menekankan kemandirian, kebebasan memilih aktivitas, dan pembelajaran yang disesuaikan dengan ritme alami anak.

Penelitian dari Lillard (2005) yang diterbitkan dalam Science menunjukkan bahwa anak-anak yang dididik dengan pendekatan Montessori menunjukkan keterampilan sosial dan akademik yang lebih baik dibandingkan rekan sebayanya di sekolah konvensional (Science.org). Hal ini diperkuat oleh studi dari Frontiers in Psychology (2021), yang menemukan bahwa metode ini meningkatkan motivasi intrinsik dan rasa ingin tahu anak (Frontiersin.org).

Di ruang kelas Montessori, anak-anak usia 3–7 tahun tidak sekadar “diajari”, melainkan dipandu untuk mengeksplorasi dan belajar lewat pengalaman nyata. Anak diajak menyusun puzzle, menuang air, hingga merawat tanaman—aktivitas sederhana yang melatih fokus, tanggung jawab, dan problem solving.

Bagi orang tua kelas menengah ke atas yang mencari pendidikan bermakna bagi anak, Montessori bukan sekadar tren, tapi investasi jangka panjang dalam membentuk anak yang mandiri, percaya diri, dan haus akan pengetahuan sepanjang hidupnya.

Mungkinkah Anak 3 Tahun Belajar 90 Menit?

Dalam dunia pendidikan anak usia dini, salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: mungkinkah anak 3 tahun belajar 90 menit tanpa kehilangan fokus? Banyak orang tua merasa skeptis, mengingat anak usia dini biasanya mudah terdistraksi dan sulit diam dalam waktu lama. Namun, pendekatan yang tepat bisa membuat hal ini bukan hanya mungkin, tetapi juga alami bagi anak.

Pemahaman Tentang Belajar pada Anak 3 Tahun

Belajar bagi anak usia tiga tahun tidak selalu berarti duduk diam dan mendengarkan instruksi. Dalam metode Montessori, misalnya, belajar adalah proses aktif yang melibatkan seluruh tubuh dan pikiran anak. Anak belajar melalui eksplorasi, eksperimen, dan keterlibatan langsung dengan lingkungan mereka.

Penelitian dari Association Montessori Internationale (AMI, 2020) menemukan bahwa dalam lingkungan Montessori, anak usia 2,5 hingga 4 tahun mampu mempertahankan konsentrasi dalam aktivitas pilihan mereka sendiri hingga 90 menit. Ini terjadi karena mereka:

  • Memiliki kendali atas pilihan aktivitas
  • Bekerja dalam lingkungan yang minim gangguan
  • Mengalami aliran alami (flow state) saat fokus pada tugas yang menarik bagi mereka

Jadi, ya — anak 3 tahun belajar 90 menit itu sangat mungkin, dengan syarat lingkungan dan pendekatannya tepat.


Bagaimana Membantu Anak 3 Tahun Belajar 90 Menit?

Mendukung anak usia 3 tahun untuk belajar selama 90 menit membutuhkan strategi yang berbeda dari pembelajaran tradisional. Berikut beberapa langkah penting:

1. Siapkan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan belajar harus terstruktur, tenang, dan minim distraksi. Mainan berlebih, suara televisi, atau aktivitas yang tidak berhubungan dapat dengan cepat mengganggu fokus anak.

2. Berikan Pilihan Aktivitas Menarik

Dalam pendekatan Montessori, anak diberikan berbagai pilihan aktivitas konkret seperti menuang air, meronce manik-manik, menyusun balok, hingga tugas-tugas praktikal seperti mengancingkan baju. Aktivitas ini merangsang keterampilan motorik halus sekaligus mengasah fokus.

3. Hindari Interupsi

Saat anak tenggelam dalam aktivitasnya, penting untuk membiarkan mereka menyelesaikannya tanpa campur tangan yang tidak perlu. Menginterupsi hanya akan memecah konsentrasi dan mengurangi durasi belajar.

4. Gunakan Aktivitas yang Terintegrasi dengan Gerakan

Anak 3 tahun butuh bergerak. Aktivitas yang menggabungkan gerakan ringan — seperti membawa benda, menuang, atau menyapu — membantu mereka mempertahankan fokus lebih lama dibandingkan aktivitas pasif.


Tanda Anak Siap Belajar Lebih Lama

Tidak semua anak akan langsung mampu belajar selama 90 menit penuh. Namun, beberapa tanda kesiapan bisa diperhatikan, seperti:

  • Anak fokus pada satu aktivitas lebih dari 10–15 menit
  • Anak menunjukkan ketertarikan untuk menyelesaikan tugas sampai akhir
  • Anak tampak puas dan bangga setelah menyelesaikan aktivitas

Saat tanda-tanda ini muncul, besar kemungkinan anak 3 tahun belajar 90 menit bisa tercapai dengan konsisten.


Kesimpulan

Mungkinkah anak 3 tahun belajar 90 menit? Jawabannya adalah ya — dengan pendekatan yang menghormati ritme alami anak. Metode Montessori dan prinsip pembelajaran aktif menunjukkan bahwa anak usia dini bisa memiliki fokus panjang, asalkan diberikan kebebasan memilih, lingkungan mendukung, serta aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka.

Dengan memahami karakteristik unik anak usia tiga tahun, kita bisa membangun fondasi kemandirian, ketekunan, dan rasa percaya diri yang kuat untuk masa depan mereka.

Dari Menuang hingga Mengancing: Aktivitas Motorik Praktikal yang Membentuk Kemandirian Anak 

Kemandirian tidak hadir begitu saja pada anak—ia dibentuk melalui proses panjang yang dimulai sejak dini. Salah satu cara efektif dalam membentuk kemandirian adalah melalui aktivitas motorik praktikal. Kegiatan-kegiatan sederhana seperti menuang air ke gelas, membuka dan menutup kancing baju, hingga mengelap meja ternyata menyimpan manfaat besar dalam perkembangan anak.

Apa Itu Aktivitas Motorik Praktikal?

Aktivitas motorik praktikal merupakan bagian dari kegiatan yang berakar dari metode Montessori. Fokus utamanya adalah memberikan anak kesempatan untuk belajar melakukan tugas-tugas kehidupan sehari-hari secara mandiri, dengan menggunakan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi tangan, mata, dan konsentrasi.

Contoh aktivitas ini meliputi:

  • Menuang air dari teko ke gelas
  • Mengancing dan membuka baju sendiri
  • Menyendok biji-bijian dari satu wadah ke wadah lain
  • Menyapu dan membersihkan meja
  • Mengikat tali sepatu

Manfaat Aktivitas Motorik Praktikal

  1. Melatih Koordinasi dan Keterampilan Motorik Halus
    Gerakan seperti menuang air atau mengancingkan baju membantu anak mengasah otot-otot halus pada tangan dan jari. Ini penting untuk persiapan menulis dan aktivitas lainnya di usia sekolah.
  2. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri dan Kemandirian
    Ketika anak berhasil melakukan sesuatu sendiri—meski sederhana—ia akan merasa bangga. Ini memicu kepercayaan diri dan dorongan untuk mencoba hal baru secara mandiri.
  3. Membangun Fokus dan Ketekunan
    Aktivitas motorik praktikal menuntut perhatian dan ketelitian. Saat anak terlibat, mereka belajar untuk fokus, menyelesaikan tugas, dan tidak mudah menyerah.
  4. Mengembangkan Kemampuan Problem Solving
    Misalnya saat menuang air terlalu penuh atau kancing tidak pas, anak belajar untuk mencari solusi dan mencoba kembali.
  5. Membiasakan Tanggung Jawab Sejak Dini
    Dengan diberi kepercayaan untuk melakukan tugas rumah yang sesuai usianya, anak belajar bahwa ia bagian dari keluarga yang juga bisa berkontribusi.

Peran Peran Orang Tua dan Guru

Baik di rumah maupun di lingkungan belajar seperti PAUD, peran pendamping sangat krusial. Orang tua dan guru perlu menyediakan waktu, ruang, dan alat yang sesuai untuk anak bereksplorasi. Hal yang tak kalah penting adalah memberi kepercayaan, tidak terburu-buru membantu, dan memberi apresiasi atas setiap usaha, bukan hanya hasil.

Dukung Tumbuh Kembang Anak Bersama Hara Kira

Di Hara Kira, aktivitas motorik praktikal menjadi bagian penting dalam proses belajar anak usia dini. Kami memahami bahwa setiap gerakan kecil adalah langkah besar menuju kemandirian. Karena itu, metode pembelajaran kami menggabungkan adalah program Home-Private Calistung yang dirancang khusus untuk membantu anak belajar membaca, menulis, dan berhitung dengan mudah dan menyenangkan dengan mengintegrasikan kurikulum Montessori dan Singaporean math

Yuk, berikan anak Anda pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna.

#MotorikPraktikal #AnakMandiri #TumbuhKembangAnak #BelajarSejakDini #KemandirianAnak #HaraKira

Calistung Masa Kini Alif Iqra (Hara Kira)

Belajar Seru Sesuai Ritme Anak dengan Calistung Masa Kini Alif Iqra

Menghadirkan Calistung Masa Kini
Alif Iqra menghadirkan inovasi pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung) dengan pendekatan masa kini yang menyenangkan dan berpusat pada anak. Berdasarkan wawancara dengan Kak Rofi Annur, Program Manager Alif Iqra, pendekatan ini mengubah pola lama yang berfokus pada drilling dan hafalan menjadi pengalaman belajar penuh makna, aktivitas sensori, serta keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pendekatan Bertahap dan Menyenangkan
Metode calistung di Alif Iqra memadukan konsep Singapore Math dan Montessori-Inspired Reading. Singapore Math menekankan tahapan Concrete – Pictorial – Abstract (CPA) agar anak memahami konsep matematika secara bertahap: dimulai dengan benda konkret seperti balok atau manik-manik, dilanjutkan dengan ilustrasi visual, lalu simbol angka dan operasi.

Sementara itu, pendekatan Montessori dalam membaca memberi ruang anak belajar sesuai kesiapan. Huruf diperkenalkan lewat benda nyata, bunyi fonetik, serta media multisensori seperti huruf pasir dan flashcard yang bisa disentuh. Dengan cara ini, anak belajar secara alami, penuh rasa ingin tahu, dan sesuai tahap perkembangan.

Melihat Kesiapan Anak dan Melibatkan Orang Tua
Menurut Kak Rofi Annur, penting memperhatikan tanda-tanda kesiapan anak, seperti minat pada buku dan huruf, kemampuan fokus lebih lama, hingga koordinasi motorik halus yang cukup. Setiap anak memiliki waktunya sendiri, sehingga orang tua diharapkan tidak membandingkan dan memahami bahwa proses belajar tidak hanya soal hasil instan.

Komunikasi terbuka menjadi kunci. Orang tua diajak mengikuti perkembangan anak melalui laporan rutin dan berbagi aktivitas di rumah. Dengan pemahaman yang selaras, dukungan orang tua akan lebih optimal.

Aktivitas Favorit Anak-anak
Anak-anak di Alif Iqra sangat antusias dengan permainan huruf berpasangan—mencari benda sesuai huruf awal pada kartu yang mereka pegang—serta berhitung menggunakan manik-manik warna atau balok. Aktivitas ini membuat matematika dan membaca terasa seperti bermain sehingga anak belajar serius tanpa tekanan.

Harapan ke Depan
Kak Rofi Annur berharap metode calistung masa kini ini semakin dikenal luas dan dapat menjadi inspirasi bagi orang tua maupun pendidik dalam mendampingi anak belajar sesuai ritmenya. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan terstruktur, Alif Iqra berkomitmen menghadirkan pembelajaran calistung yang bukan hanya membekali keterampilan dasar, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, dan kegembiraan belajar pada anak.

#CalistungMasaKini #MontessoriReading #SingaporeMath #BelajarMenyenangkan #AnakSenangBelajar #PendidikanAnakUsiaDini #AlifIqra #HaraKira

“Free activity makes children happy. We can see how happy they are, but it is not the fact they are happy that is important; the important thing is that a child can construct a man through this free activity.”

– Maria Montessori