Metode Montessori semakin dilirik para orang tua modern sebagai pendekatan pendidikan yang mempersiapkan anak menjadi pembelajar seumur hidup. Dibanding metode tradisional, Montessori menekankan kemandirian, kebebasan memilih aktivitas, dan pembelajaran yang disesuaikan dengan ritme alami anak.
Penelitian dari Lillard (2005) yang diterbitkan dalam Science menunjukkan bahwa anak-anak yang dididik dengan pendekatan Montessori menunjukkan keterampilan sosial dan akademik yang lebih baik dibandingkan rekan sebayanya di sekolah konvensional (Science.org). Hal ini diperkuat oleh studi dari Frontiers in Psychology (2021), yang menemukan bahwa metode ini meningkatkan motivasi intrinsik dan rasa ingin tahu anak (Frontiersin.org).
Di ruang kelas Montessori, anak-anak usia 3–7 tahun tidak sekadar “diajari”, melainkan dipandu untuk mengeksplorasi dan belajar lewat pengalaman nyata. Anak diajak menyusun puzzle, menuang air, hingga merawat tanaman—aktivitas sederhana yang melatih fokus, tanggung jawab, dan problem solving.
Bagi orang tua kelas menengah ke atas yang mencari pendidikan bermakna bagi anak, Montessori bukan sekadar tren, tapi investasi jangka panjang dalam membentuk anak yang mandiri, percaya diri, dan haus akan pengetahuan sepanjang hidupnya.
